01 November 2010

Guntur

GUNTUR, Jawa Barat

Compiler : M. Hendrasto (totok@vsi.esdm.go.id)

Editor : Mas Atje Purbawinata, Asnawir Nasution


Keterangan Umum

Nama

:

G. Guntur

Nama Lain

:

Gunung Gede

Nama Kawah

:

Kawah Guntur

Tipe Gunungapi

:

Strato

Lokasi

a. Geografi

b. Administratif

:

:

07o 08’ 30” LS dan 107o 20’ BT

Kabupaten Garut, Jawa Barat

Ketinggian

a. Dml

b. Dari kota terdekat

:

:

2249 m

1600 m

Pos Pengamatan

a. Lokasi

b. Posisi Geografi

:

:

Desa Sirnajaya, Kecamatan Tarogong, Kab. Garut

07o 11’ 55.2767”LS dan 107o 51’ 39.1195” BT

Kota terdekat

:

Garut

Pendahuluan

Gunung Guntur adalah nama sebuah puncak dari suatu kelompok gunungapi yang disebut dengan Komplek Gunung Guntur. Komplek Gunung Guntur ini terdiri atas beberapa kerucut, yaitu Gunung Masigit (2249) yang merupakan kerucut tertinggi. Ke arah tenggara dari Gunung Masigit terdapat kerucut Gunung Parukuyan (2135m), Gunung Kabuyutan (2048) dan Gunung Guntur.

Cara Pencapaian

Gunung Guntur dapat dicapai dari Kota Bandung menuju Kota Garut (55 km) dengan waktu tempuh 2 jam. Pendakian ke puncak/kawahnya dapat dilakukan dari Kampung Citiis sebelah selatan Gunung Guntur, dengan waktu tempuh 3 – 4 jam. Untuk menuju Kampung Citiis bisa dilakukan dari Kota Garut (3 km) dengan menggunakan kendaraan roda 4 (empat).

Demografi

Pemukiman di sekitar Gunung Guntur umumnya berada pada ketinggian 600 m – 1000 m dpl. Pemukiman ini sebagian besar terkonsentrasi di kaki tenggara dan selatan serta sebagian kecil di kaki timur dan utara

Inventarisasi Sumberdaya Gunungapi

Sumberdaya gunungapi yang bisa dimanfaatkan adalah:

· Mata air panas di Cipanas, Tarogong Garut

· Bahan galian (batu, pasir) yang terdapat di Kampung Citiis, Cikatel dan Rancabango

Wisata

Daerah Wisata yang menarik untuk dikunjungi adalah:

· Mata air panas di Cipanas, dengan fasilitas pemandian, kolam renang dan hotel serta pemandangan alam yang menarik.

· Air terjun dan tempat perkemahan di atas Kampung Citiis

SEJARAH LETUSAN


TAHUN

KEGIATAN

1690

:

Letusan besar, banyak orang menjadi korban, daera rusak

1770

:

Keterangan lebih lanjut tidak

1777

:

Terjadi letusan

1780

:

Terjadi aliran lava

1803

:

Letusan pada tanggal 3-15 April

1807

:

Terjadi letusan pada tanggal 9 Mei

1809

:

Keterangan lebih lanjut tidak ada

1815

:

15 Agustus

1815/1816

:

21 September

1816

:

21-24 Oktober

1825

:

14 Juni, hutan di sekitar gunung terbakar

1827/1828

:

Keterangan lebih lanjut tidak ditemukan

1829

:

Beberapa kampung hancur, beberapa orang menjadi korban

1832

:

16 Januari, 8-13 Agustus

1833

:

1 September

1834/1835/1836

:

Bulan Desember

1840

:

Terjadi aliran lava ke Cipanas

1841

:

14 Nopember, letusan sangat besar

lk 400.000 batang pohon kopi hancur

1843

:

4 Januari dan 25 November

Tanah rusah dan beberapa kampung terlanda

1847

:

Tidak ditemukan keterangan lebih lanjut

Karakter Letusan : Eksplosif

Periode Letusan

Antara tahun 1800 sampai 1847 tercatat tidak kurang dari 21 kali letusan. Letusan itu berulang-ulang dalam tempo pendek, berlangsung paling lama 5 sampai 12 hari. Periode letusan berselang-selang antara 1,2 dan 3 tahun dan ada kalanya letusan terjadi setelah masa istirahat 6 dan 7 tahun

GEOLOGI


Gunung Guntur tidak berdiri sendiri sebagai kerucut tunggal, yang mana di bagian puncaknya dicirikan dengan adanya kerucut-kerucut tua bekas titik erupsi yang merupakan satu kelompok besar Gunung Guntur. Dari kelompok besar Gunung Guntur ini nampak dua buah kaldera, yaitu Kaldera Pangkalan di sebelah barat dan Kaldera Gandapura di sebelah timur.

Dengan terbentuknya kedua kaldera itu maka terbentuk pula rekahan-rekahan yang memanjang dimana kemudian muncul kerucut-kerucut gunungapi, diantaranya Gunung Gajah, Gunung Gandapura, Gunung Agung, Gunung Picung dan Gunung Batususun. Deretan gunungapi yang lebih muda adalah Gunung Masigit, Gunung Sangiang Buruan, Gunung Parupuyan Gunung Kabuyutan dan Gunung Guntur yang merupakan gunungapi termuda dan paling aktif sampai sekarang. Gunung Putri yang terletak agak jauh diselatannya mungkin merupakan salah satu kerucut parasit dari kelompok Gunung Guntur ini. Komplek Gunung Guntur ini di sebelah utara berbatasan dengan dataran tinggi Leles, sedangkan di sebelah timur dan selatan berbatasan dengan dataran tinggi Garut dan di sebelah baratnya berbatasan dengan Gunung Kunci, Sanggar, Rakutak dan Kawah Kamojang.

Morfologi komplek Gunung Guntur mempunyai kemiringan yang sangat bervariasi antara 2o sampai 75o. Kemiringan landai umumnya terdapat di daerah pemukiman, seperti Kota Garut, Kadung Ora, Leles, Tarogong dan Cipanas. Sedang kemiringan yang terjal terdapat di sekitar puncak Gunung Guntur.

Tubuh Gunung Guntur dibangun oleh hasil erupsi eksplosif dan efusif. Hasil erupsi Gunung Guntur sebagian besar berupa aliran lava bongkah masih segar dan saling menindih. Lava yang termuda (hasil erupsi tahun 1840) mengalir dari Kawah Gunung Guntur ke arah tenggara dan selatan dan berakhir di daerah Cipanas (sekitar 300 meter sebelah utara lokasi wisata pemandian Cipanas), dimana ujungnya membentuk morfologi tapal kuda. Aliran Piroklastika tersebar di sebelah tenggara Kawah Gunung Guntur dan sebagian tertutupi oleh aliran-aliran lava Guntur yang lebih muda.

Aliran piroklastika Guntur ada 3 (tiga) jenis, pertama adalah yang tersusun atas blok-blok lava dengan matruk pasir kasar coklat kekuningan, singkapan endapan ini bisa dijumpai di sekitar Kampung Pesantren. Jenis Kedua tersusun atas blok-blok lava dan bom vulkanik dengan matrik pasir kasar dan bersifat kurang padu. Sedangkan yang termuda tersusun atas fragmen lava basaltis dan andesitis serta bom vulkanik dengan struktur kerak roti berwarna abu kehitaman. Aliran piroklastika ini memperlihatkan pola sebaran berbentuk kipas dari Puncak Guntur ke arah tenggara.

Endapan Jatuhan Piroklastika sebagian besar terkonsentrasi di sekitar puncak Gunung Guntur dan menyebar ke arah utara dan tenggara. Endapan tersusun atas Skoria dan litik basaltis berwarna hitam, berukuran halus sampai kasar, berlapis baik dengan ketebalan berkisar antara 4-34 cm.

GEOFISIKA


Gaya Berat

Pengukuran gaya berat dilakukan pada 1996, dengan menggunakan alat Gravimeter Lacoste and Romberg tipe D117. Hasil pengukuran tersebut memperlihatkan adanya zona anomali lemah yang letaknya tepat diatas Komplek Gunung Guntur. Zona lemah ini terlihat konsentrik dengan pusat di Gunung Masigit. Pola struktur regional yang terlihat menonjol adalah adanya garis pemisah antara dua blok yang kontras dalam harga anomaly. Garis pemisah tersebut terletak di sekitar titik 12000 pada sumbu-y yang memanjang dengan arah barat-timur.

Dalam anomaly sisa orde-2 juga masih memperlihatkan pola konsentrik zona lemah (terendah –24 s/d –26 mgal) di atas Komplek Gunung Guntur, dengan pusat diantara Gunung Guntur dan Gunung Masigit.

Potensial Diri

Pengukuran potensial diri yang dilakukan pada tahun 1990 memperlihatkan bahwa diatas Gunung Guntur terdapat anomali negatif berkisar -1 s/d –9 mV, ke arah timur di sekitar Kawah Kabuyutan ditemukan anomaly posisitf berkisar +40 mV s/d +98 mV. Ke arah baratlaut (Gunung Parukuyan) anoma S.P secara berangsur menurun dan di sekitar Gunung Parukuyan ditemukan anomaly negatif tertinggi –38 mV. Anomali serupa ditemukan juga disebelah barat laut Gunung Parukuyan (-36 mV).

Dilihat secara menyeluruh pola penyebaran anomaly SP, maka komplek sebelah tenggara daerah penyelidikan (Gunung Kabuyutan, Gunung Guntur dan Kawah Kabuyutan) merupakan zona panas. Untuk Komplek Gunung Guntur diperkirakan berkaitan erat dengan aktifitas panas dari dalam (magma)

Seismik

Sejak letusan terakhir yang terjadi pada tahun 1847 sampai saat ini (154 tahun) tidak pernah terjadi letusan lagi. Aktifitas gunung ini selanjutnya dicirikan dengan terekamnya gempa-gempa vulkanik yang berkisar antara 20-30 kejadian/bulan. Peningkatan kegiatan yang terjadi hanya berupa peningkatan jumlah gempa vulkanik. Seperti yang terjadi pada tahun 1997, yaitu dengan terekamnya gempa secara berurutan yang berasal dari daerah puncak. Kemudian pada bulan Mei 1999 terjadi lagi peningkatan gempa yang disertai dengan gempa terasa (M=2,7 dan 2,8), dimana episenternya berada di sekitar 2 km baratlaut dari puncak.

Lokasi hiposenter dihitung dengan asumsi bahwa batuannya homogen dengan cepat rambat gelombang VP=2,76 km/detik. Sumber gempanya terkonsentrasi secara vertikal di bawah puncak Kawah Gunung Guntur dengan kedalaman 0-5 km, serta di sekitar Kaldera Kamojang, Gandapura dan Gunung Putri dengan kedalaman 5-10 km (Suantika, 1997). Untuk gempa-gempa yang terjadi di bawah puncak diduga dikarenakan oleh rekahan-rekahan kecil dalam batuan pipa kepundan hasil erupsi sebelumnya. Dengan melihat penyebaran hiposenter dan struktur geologi permukaan terlihat bahwa mekanisme sumber gempa di daerah Kamojang umumnya dihasilkan oleh adanya pergeseran sesar dengan arah timurlaut dan baratdaya.

Deformasi

Pengamatan deformasi tubuh Gunung Guntur dilakukan dengan metoda sipat datar teliti (leveling), Water Tube Tiltmeter dan Tiltmeter, melalui kerjasama dengan Sakurajima Volcano Research Center, Jepang. Pengukuran sipat datar teliti dilakukan dengan pemasangan sejumlah bensmark pada tahun 1994. Pengukurannya dilakukan sejak tahun 1996 dan diulang secara periodik 1 – 2 kali setiap tahunnya.

Pemantauan deformasi dengan tiltmeter dilakukan secara kontinyu sejak tahun 2000.

GEOKIMIA


Jenis Batuan : Umumnya basalt (hasil erupsi tahun 1840) dan augit hyperstene dari tholeitic dan calc alcaline suites.

Hasil analisa beberapa conto batuan adalah seperti berikut :

Unsur Kimia

Conto Lava G. Agung

(Utara G. Guntur)

Conto Lava G. Guntur erupsi th. 1840

(tepi kw. Sebelah timur)

Conto Lava G. Guntur erupsi th. 1840 (Cipanas)

% berat

% berat

% berat

SIO2

61,75

50,80

52,00

Al2 O3

16,79

22,13

18.19

Fe2O3

2,31

5,78

3,85

FeO

3,91

4,37

6,32

MnO

0,13

0,05

0,07

MgO

2,73

4,26

4,28

CaO

6,16

9,22

9,86

Na2O

3,77

2,29

3,04

K2O

1,50

0,44

0,88

H2O

0,52

0,05

0,12

TiO2

0,79

0,16

0,88

P2O5

+

+

+

Cl

-

-

0,06

Sumber : Neumann van Padang, 1929

MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI


Sistem Pemantauan

Sistem pemantauan aktifitas gunungapi dilakukan dengan metoda:

1. Visual

2. Pengukuran Suhu (solfatara dan fumarola di kawah dan air panas di Cipanas)

3. Seismik

Pemantauan gempa dilakukan dengan memasang 5 (lima) unit seismometer secara permanen. Semua sinyal gempa dikirim ke pos pengamatan dengan menggunakan radio telemeter. Untuk sinyal gempa yang datang stasiun Citiis dan Puncak langsung direkam dengan seismograf. Sedangkan untuk sinyal gempa yang datang dari stasiun Legokpulus, Putri dan Pasir Cileungsi terlebih dahulu disimpan dalam data logger (DATAMARK, LS8000-SH) dengan interval 0,01 detik. Kalibrasi waktunya dilakukan dengan GPS setiap 3 jam. Data yang tersimpan dalam data logger kemudian ditransfer ke PC dan terakhir disimpan dalam magneto optical disk.

4. Deformasi

Pemantauan deformasi dengan metoda Sipat Datar Teliti (leveling), EDM, GPS, dilakukan secara periodik. Sedangkan metoda tiltmeter dan water tube tiltmeter pemantauannya dilakukan secara kontinyu.


DOKUMENTASI PETA

Peta Geologi

Nama Lembar Peta

:

Peta Geologi Gunungapi Guntur

Nomor Lembar Peta

:

Leles 4521-1 dan Garut 4521-2

Skala Peta

:

1 : 25.000

Wilayah Administrasi

Kabupaten Garut, Jawa Barat

Pembuat Peta

:

Direktorat Vulkanologi, Bandung

Tahun Terbit

:

1998

Peta Zona Risiko

Nama Lembar Peta

:

Peta Zona Risiko Bahaya Gunungapi Guntur

Nomor Lembar Peta

:

Leles 4521-1 dan Garut 4521-2

Skala Peta

:

1 : 25.000

Wilayah Administrasi

Kabupaten Garut, Jawa Barat

Pembuat Peta

:

Direktorat Vulkanologi, Bandung

Tahun Terbit

:

Belum diterbitkan

Peta Daerah Bahaya

Nama Lembar Peta

:

Peta Daerah Bahaya Gunungapi Guntur

Nomor Lembar Peta

:

Leles 4521-1 dan Garut 4521-2

Skala Peta

:

1 : 50.000

Wilayah Administrasi

Kabupaten Garut, Jawa Barat

Pembuat Peta

:

Direktorat Vulkanologi, Bandung

Tahun Terbit

:

1993

Tidak ada komentar:

Posting Komentar